KISAH SEORANG INTROVERT
Perkenalkan, aku
adalah seorang introvert,,,
Aku yakin sebagian dari kalian pasti sudah tidak asing dengan
kata introvert. Untuk kalian yang belum mengetahuinya, simaklah kisahku ini. Semoga
diakhir kisahku ini, kalian dapat mengetahui dan memahami seorang introvert.
Disini, aku akan menceritakan tentang bagaimana aku menjalani
hari-hariku sebagai seorang introvert. Yah, Sebuah perjalanan panjang....
Awalnya aku adalah seorang anak kecil yang biasa saja. Sama
seperti dengan anak-anak lainnya. Kehidupan yang penuh dengan kebahagiaan dan
canda tawa. Namun, lambat laun semua itu berubah. Aku mulai mendapat celaan,
ejekan, sindiran atau apapun namanya dari teman-teman sebayaku. Mereka mengejekku
karena fisikku. Memang, sejak kelas 3 SD fisik ku mulai berubah. Fisikku
menjadi kurus dan sangat kurus. Akupun tidak tahu apa penyebabnya. Merekapun
mulai mengejekku. Bukan hanya soal fisik, tetapi juga ada hal lain yang membuat
mereka mengejekku. Hingga aku pernah menangis di kelas karena mereka. Aku
lemah, sangat lemah. Aku tidak berdaya menghadapi mereka. Aku hanya diam. Aku
tidak bisa membalas mereka. Aku tidak berani. Sungguh, semua itu membuat hatiku
sakit. Ketika mereka mengejekku, aku hanya diam. Namun, sebenarnya batinku
menangis. Perih. Perih sekali. (Mengenang kejadian itu membuatku merasakan rasa
sakit itu lagi T.T).
Sepanjang perjalanan pulang, aku hanya berusaha menahan
rasa sakit itu. Berusaha menahan agar air mataku tidak jatuh. Ketika sampai di
rumah aku tidak menunjukkan kesedihanku itu pada ibu. Aku tidak mau membuat ibu
sedih. Yang aku lakukan adalah masuk ke dalam kamar dan menangis sepuasnya di
sana. Aku mengadu pada Allah. Aku sempat menanyakan keadilan kepadaNya. Ya
Allah, Kenapa aku seperti ini, kenapa aku tidak sama dengan mereka. Kenapa aku
tidak seperti anak-anak pada umumnya. Kenapa aku berbeda. Kenapa aku lemah.
Kenapa ya Allah, kenapa ?? Pertanyaan itu selalu ada dalam diriku dan selalu
aku luapkan saat aku menangis di dalam kamar. Tidak pernah ada yang tahu jika
aku selalu menangis di dalam kamar. Tidak ada.
Aku selalu curhat
dengan boneka beruang kesayanganku. Aku selalu memeluknya jika aku merasa
kesepian. Aku berpikir kalau hanya boneka ku itulah yang tahu bagaimana perasaanku.
Boneka kesayanganku itulah yang menjadi teman baikku. Yang selalu menemaniku,
yang bisa memahamiku. Boneka itulah yang menjadi saksi bisu perjalanan hidupku.
Hingga saat ini boneka beruang itu masih ada dan akan terus ada...
Tak terasa, waktu berjalan begitu cepat. Aku mulai
meninggalkan teman-temanku di SD. Aku selalu berdoa agar ketika aku masuk SMP
aku memiliki teman-teman yang baik dan tidak ada lagi yang mengejekku seperti
di SD dulu. Tahun 2005 aku diterima di salah satu SMP Negeri di jakarta. Aku
senang sekali. Karena SMP itu adalah SMP favoritku. Saat pertama kali masuk,
aku melihat teman-temanku baik. Tidak seperti di SD. Benar saja. Aku memiliki
sahabat baik disana. Namun, tetap saja ada seorang teman yang suka mengejek
fisikku. Sedih rasanya, namun, rasa sedih itu terobati karena aku memiliki
teman-teman yang baik. Yah, kehidupan ku di SMP bisa dibilang lebih baik
dibandingkan ketika aku di SD. Namun, rasa itu muncul lagi. Pertanyaan itu
muncul kembali. Saat itu, aku adalah seseorang yang cupu, pendiam, dan bukan
orang yang supel. Entah kenapa, aku selalu mempertanyakan itu. Aku selalu
melihat diriku tidak sama seperti teman-teman sebayaku pada umumnya. Aku merasa
tidak ada orang yang seperti diriku. Aku merasa berbeda. Aku selalu bertanya
“siapa aku ?” Kenapa aku seperti ini? Apa yang membuatku seperti ini? Apa yang
membuatku tidak sama dengan mereka? Apa yang salah pada diriku ? Apa yang harus
aku lakukan supaya dapat seperti mereka? Sungguh, aku tidak mengerti dengan
semua ini. Aku tidak mengerti....
Tiga tahun berjalan dengan cepat dan tak terasa aku memasuki
masa-masa SMK. Disinilah aku mengalami perubahan yang signifikan. Ketika SMK
aku mulai berhijab. Fisikku mulai ideal, tidak seperti dulu yang sangat kurus.
Dan disini aku adalah seorang yang sangat dipandang oleh teman-teman sebayaku.
Mereka memandangku karena aku adalah orang yang selalu mendapat peringkat 1 di
kelas. Sebenarnya aku tidak menginginkan hal itu terjadi. Aku tidak suka
menjadi pusat perhatian dan aku tidak suka menjadi orang yang dianggap pintar.
Karena, aku sendiripun merasa tidak pintar. Selama sekolah, aku hanya berusaha
belajar semampuku. Aku melakukan itu karena aku tidak ingin mengecewakan orang
tuaku yang sudah bersusah payah membiayai sekolahku. Namun, entah kenapa aku
selalu mendapat gelar juara kelas. Tapi, biarlah. Anggap saja semua itu untuk
membahagiakan kedua orang tuaku. Membuat mereka bangga denganku. Meskipun
sebenarnya aku tidak ingin seperti itu..
Yah, di SMK aku memang tidak pernah mendengar teman-temanku
mengejekku. Mereka semua baik. Aku bersyukur memiliki mereka. Namun, ada
seseorang yang bukan dari golongan mereka yang mengkritikku dengan sangat
pedas.. Seseorang yang memiliki jabatan tertinggi disana. Seseorang yang
membicarakan tentang diriku di depan semua siswa lainnya. Dia mengkritik salah
satu sifat introvert yang aku miliki. Yah, dia membicarakanku pada saat upacara
berlangsung. Dia memang tidak menyebut nama. Namun, aku yakin. Teman-temanku
mengetahui bahwa akulah yang dimaksud. Saat itu, aku melihat dia berbicara
dengan ekspresi wajah yang sangat menyindirku. Seakan-akan aku adalah orang
yang tidak pantas untuk ditiru. Andai dia yang terhomat mengetahui bagaimana
perasaanku saat itu. Sakit. Sakit sekali. Dan untuk kesekian kalinya aku harus
meneteskan air mata kembali. Dan seketika semua pertanyaan itu mucul kembali.
Yah, saat itu aku nyaris putus asa...
Aku tidak pernah mengerti dengan semua ini. Tidak pernah....
Ketika masa transisi, aku selalu berusaha agar orang lain
tidak menganggapku sebagai orang yang pendiam, cupu, dan sebagainya. Yah,
ketika kuliah. Aku berjanji pada diriku bahwa aku bisa seperti para ekstrovert
yang aktif. Untuk itulah aku selalu rajin ke perpustakaan untuk membaca buku.
Aku mempelajari apa yang akan dipelajari besok. Supaya aku bisa aktif bertanya
di kelas. Dan aku selalu belajar untuk menjadi seorang presentator yang baik.
Alhamdulillah semua itu tercapai. Aku mampu menjadi presentator yang baik.
Meskipun aku tidak bisa berdebat, namun aku bisa menyampaikan materi dengan
baik. Tetapi tetap saja sifat introvert ku datang kembali. Tidak bertahan lama,
aku menjadi seorang yang tidak aktif bertanya. Menjadi seorang pendengar setia.
Dan pada akhirnya, pandangan teman-temanku yang dikuliah masih sama dengan
teman-temanku sebelumnya. Mereka menganggapku orang yang pendiam, kuper, kutu
buku, rajin dan jarang mau jika diajak main keluar jauh.
Yah, aku memang bukan orang yang suka berada di luar rumah
untuk hal-hal yang aku anggap tidak penting. Aku juga tidak suka jika terlalu
lama berada di tempat yang suasananya ramai. Entah kenapa, akupun juga
terkadang bingung jika bertemu dengan orang. Aku bingung harus berbicara apa.
Aku tidak pandai memulai pembicaraan. Dan jikalau aku memulaipun, pasti hanya
pembicaraan singkat saja. Dan aku lebih banyak menjadi pendengar dibandingkan
pembicara. Tetapi, jika aku berbicara dengan sahabat terdekatku, aku bisa
menceritakan apapun dengn panjang lebar. Sangat berbeda jika aku berbicara
dengan temanku yang lainnya. Yah, begitulah aku....
Ketika kuliah pun aku berusaha menghilangkan sifat
introvertku ini dengan mengikuti kegiatan organisasi. Alhamdulillah, sifat
introvertku ini bisa berkurang. Aku pernah dua kali menjadi ketua acara. Itu
prestasi yang baik untukku. Hanya saja, memang tidak bisa sepenuhnya sifat
introvertku ini hilang. Ketika di organisasipun aku hanya berbicara jika hal
itu penting. Jadi, tak heran jika aku menjadi anggota yang lebih pendiam
dibanding dengan anggota lainnya. Yah, sifatku ini terkadang membuatku sedih.
Entah kenapa, semua pertanyaan itu seketika muncul kembali. Dari dulu hingga
sekarang...
Aku selalu mencari jawaban dari setiap pertanyaanku itu. Aku
mencarinya darimanapun. Aku sering membaca buku tentang motivasi dan juga
novel-novel yang aku anggap mampu memberikan jawaban dari pertanyaanku
tersebut. Aku juga sering memperhatikan keadaan sekitarku. Aku berharap aku
bisa menemukan jawabannya. Bahkan aku selalu bertanya kepada Nya di setiap
shalatku. Dulu, aku tidak mengetahui bahwa diriku ini adalah seorang introvert.
Aku baru mengetahuinya sejak usiaku 20 tahun. Informasi itu aku dapatkan dari
sebuah buku psikologi yang menerangkan tentang kepribadian seseorang. Aku
mendapatkan buku itu di perpustakaan kampus. Saat itulah, aku mengetahui bahwa
aku adalah seorang introvert. Yah, akhirnya pertanyaan terbesar dalam hidupku
tentang siapa aku terjawab sudah..
Jujur, aku sedih saat mengetahui bahwa aku adalah seorang
introvert. Banyak sekali derita yang harus dihadapi oleh seorang introvert. Terkadang
orang lain terutama seorang ekstrovert tidak bisa memahami seorang introvert.
Banyak sekali yang tidak diketahui oleh seorang ekstrovert tentang kami seorang
introvert. Justru mereka sering mencap kami sebagai orang yang tidak baik.
Mereka sering menganggap diriku adalah orang yang sombong. Jika, aku boleh
jujur. Sebenarnya sama sekali aku tidak ada niatan seperti itu. Aku sebenarnya
ingin sekali bisa bebicara panjang lebar dengan mereka. Ingin sekali. Namun,
aku tidak tahu bagaimana aku harus memulainya. Akut tidak tahu.
Andai kalian tau bagaimana sebenarnya hati ini sangat
menyayangi kalian teman-temanku. Meskipun kita jarang ngobrol, tetapi aku
selalu mendoakan kalian. Meskipun aku tidak pernah ikut acara jalan-jalan
kelas, aku tetap menganggap kalian adalah temanku. Aku bangga memiliki teman
seperti kalian. Kalian yang bisa selalu menghibur di kelas. Kalianlah yang
mampu menghidupkan suasana di kelas menjadi ramai. Kalian tau, hatiku sangat
terhibur dengan adanya kalian, Denagn semua tingkah laku dan canda tawa kallian.
Andai kalian tau bahwa aku sangat menyayangi kalian..
Meskipun masa lalu itu menyakitkan, namun aku tak pernah
larut dalam kesedihan. Masa lalu sudah berlalu, kini aku akan menatap masa
depan yang lebih cerah. Aku akan hanya fokus pada masa kini yang akan membawaku
pada masa depan. Biarlah masa lalu itu menjadi memori tersendiri dalam sudut
pikiranku. Menjadi sebuah penguat langkahku. Agar selalu tetap kuat dalam
menghadapi setiap masalah yang hadir dalam kehidupannku.
Menjadi seorang
introvert memang tidaklah mudah. Namun, aku hanya ingin berpesan kepada semua
introvert untuk tetap terus berusaha menjadi sosok yang luar biasa.
Tunjukkanlah pada dunia bahwa kaum introvert bisa menjadi orang yang sukses dan
tentunya bisa bermanfaat untuk sesama dan lingkungan sekitar kita.
Gantungkanlah impian dan cita-cita kalian setinggi langit dan berusahalah untuk
mewujudkannya. Siapapun berhak untuk sukses. Sukses adalah milik orang yang mau
bekerja keras dan terus berusaha mencapai apa yang diimpikannya. Aku yakin seorang
introvert pasti bisa suksses. Percayalah, Impossible is Nothing, Man jadda
Wajada !!!
Salam Sukses dari saya “Seorang Introvert” ^_^
*Saat ini saya telah bekerja sebagai Akuntan di sebuah
perusahaan manufaktur dan saya masih memiliki banyak impian yang harus saya
capai. Impian untuk dunia dan akhirat. Impian untuk bisa bermanfaat bagi
sesama. Semoga impian kita semua bisa segera terwujud. Aamiin ya Rabbal
alamiin.. :)