Thursday, 7 February 2013

BURUNG DALAM SANGKAR


 BURUNG DI DALAM SANGKAR

Suatu hari, kulihat seekor burung kecil berada di dalam sangkar, dia begitu sangat cantik dan terawat, aku yakin majikannya sangat menyayanginya, aku sering melihatnya bermain riang dengan majikannya, suaranya terdengar nan indah bila berkicau. Diam-diam akupun mengagumi burung kecil itu. “Andaikan aku juga memiliki burung seperti itu”, pikirku mulai menerawang berandai-andai. Namun, bagiku tak akan ada burung lain yang mampu menggantikan si burung kecil nan cantik itu.
waktupun bergulir dengan cepat, semua berkembang sesuai dengan kehendak-Nya. Burung kecil itupun tumbuh menjadi seekor burung dewasa yang cantik. Akupun tak pernah berhenti menyaksikan perkembangannya setiap kali aku bertemu dengannya. Sangkarnya yang berada di depan halaman, membuat setiap orang yang berlalu lalang dengan mudah melihat burung cantik itu. Termasuk diriku yang rutin mengamatinya setiap hari.
Hingga suatu hari, aku melihat keanehan pada burung itu. Aku tak pernah lagi menyaksikan dia mengepakkan sayap, berkicau, bahkan untuk mondar-mandir di sekitar sangkarnya sajapun tak pernah , dia hanya duduk diam terpaku di dahan ranting yang disediakan oleh majikannya di dalam sangkar. Kecantikan wajahnya tertutupi oleh awan mendung yang sangat jelas terlihat di matanya. Pernah kulihat majikannya mengajak bermain burung itu, namun ia tak pernah mau beranjak dari tempatnya. Majikannyapun terlarut dalam kesedihan.
Aku tak mengerti, aku tak bisa menebak apa yang sedang terjadi dengan burung itu. Setiap hari kusaksian dia hanya termenung di dahan ranting. Majikannya sudah berkali-kali menghibur dan mengajaknya bermain namun usahanya sia-sia. Burung cantik itu hanya diam, diam tanpa makna. Apakah mungkin dia kesepian ? tapi, bukankah ada majikannya yang selalu menyayangi dan menemaninya setiap saat, tidak mungkin dia merasa kesepian.
Hingga akhirnya, saat ingin ku melihat keadaan burung cantik itu. Aku terkejut saat kudapati dirinya sudah tak ada di dalam sangkar. Rasa bingung bercampur cemas merasuki pikiranku. Sempat pikiran negative melintas di dalam benakku, namun ku singkirkan semua pikiran itu dan tetap tenang. Sejak itu, pertama kalinya aku memberanikan diri menemui majikan pemilik burung cantik itu.
Aku ceritakan kepadanya maksud kedatanganku, dan kumulai bercerita akan diriku yang mengagumi burung peliharaannya yang kini tak pernah aku temui lagi di sangkarnya. Diapun mendengarkanku dengan seksama. Akhir ceritaku padanya telah tiba, diapun mulai membuka mulutnya menanggapi pembicaraanku yang sudah terlampaui lama.
Kusaksikan ia menceritakan semua kejadian yag menimpa burung kesayangannya dengan mata berkaca-kaca. Hingga tak terasa air matanya jatuh membasahi pipinnya, hal ini sekaligus menandakan akhir dari pembicaraan aku dengannya. akupun menyatakan keprihatinan kepadanya dan mencoba menghiburnya dan diapun sempat melukis senyum di bibirnya kepadaku. Aku yakin, dia pasti sudah mengikhlaskan kepergian burung kesayangannya.
 kini, aku sudah mendapatkan jawaban atas pertanyaanku, burung cantik itu sengaja dibiarkan pergi oleh majikannya. Kala itu, Seorang teman majikannya merasa iba melihat burung itu termenung setiap saat. Lalu, Temannya menasihati dirinya untuk melepaskan burung itu dari sangkar dengan memberikan alasan kepadanya bahwa burungnya pasti ingin bebas, pasti dia ingin seperti temannya yang lain, terbang bebas menjelajahi alam ini tanpa batas. pada mulanya majikan itu menolak nasihat temannya, dia sangat menyayangi burung cantiknya, dia takut burungnya akan dimangsa binatang buas jika ia melepaskannya.  Namun, lambat laun ia pun sadar dan merasa kasihan dengan burungnya yang hanya diam di dalam sangkar. Dia tak ingin burung kesayangannya itu mati.
Akhirnya, ia pun merelakan untuk melepaskan burung itu dari sangkarnya. Burung itupun seketika menjadi sehat dan langsung segera terbang ke angkasa, menikmati keindahan alam ciptaan-Nya. Walau sedih, majikannya senang karena burungnya telah sehat dan menemukan kehidupan yang sesungguhnya. Ada perasaan bersalah pada dirinya karena telah membiarkan burung itu hidup dalam sangkar selama bertahun-tahun. Senyuman dan air mata majikannya menyatu saat melepas kepergian burung cantiknya yang telah ia rawat sejak kecil.
Akupun merasa kehilangannya, nammun aku yakin, dia pasti bahagia disana, ditempat yang akan membawanya mengenal dunia lebih luas. Entah mengapa, tiba-tiba saja aku merasa aneh, Kisah burung itu seperti mengingatkan kisah perjalanan hidupku. Aku merasa, kisah yang menimpa burung itu sama dengan kisah hidupku. Aku merasa bahwa aku adalah burung itu. Burung yang ada di dalam sangkar. Burung yang menghabiskan sebagian hidupnya di dalam sebuah belenggu yang menjerat dirinya dan dengan lambatnya aku menyadari bahwa ada hal yang membelengguku. Yah, burung itu adalah perumpamaan dari diriku…