BURUNG DI DALAM SANGKAR
Suatu
hari, kulihat seekor burung kecil berada di dalam sangkar, dia begitu sangat
cantik dan terawat, aku yakin majikannya sangat menyayanginya, aku sering
melihatnya bermain riang dengan majikannya, suaranya terdengar nan indah bila
berkicau. Diam-diam akupun mengagumi burung kecil itu. “Andaikan aku juga
memiliki burung seperti itu”, pikirku mulai menerawang berandai-andai. Namun,
bagiku tak akan ada burung lain yang mampu menggantikan si burung kecil nan
cantik itu.
waktupun
bergulir dengan cepat, semua berkembang sesuai dengan kehendak-Nya. Burung
kecil itupun tumbuh menjadi seekor burung dewasa yang cantik. Akupun tak pernah
berhenti menyaksikan perkembangannya setiap kali aku bertemu dengannya.
Sangkarnya yang berada di depan halaman, membuat setiap orang yang berlalu
lalang dengan mudah melihat burung cantik itu. Termasuk diriku yang rutin
mengamatinya setiap hari.
Hingga
suatu hari, aku melihat keanehan pada burung itu. Aku tak pernah lagi menyaksikan
dia mengepakkan sayap, berkicau, bahkan untuk mondar-mandir di sekitar
sangkarnya sajapun tak pernah , dia hanya duduk diam terpaku di dahan ranting
yang disediakan oleh majikannya di dalam sangkar. Kecantikan wajahnya tertutupi
oleh awan mendung yang sangat jelas terlihat di matanya. Pernah kulihat
majikannya mengajak bermain burung itu, namun ia tak pernah mau beranjak dari
tempatnya. Majikannyapun terlarut dalam kesedihan.
Aku
tak mengerti, aku tak bisa menebak apa yang sedang terjadi dengan burung itu. Setiap
hari kusaksian dia hanya termenung di dahan ranting. Majikannya sudah
berkali-kali menghibur dan mengajaknya bermain namun usahanya sia-sia. Burung
cantik itu hanya diam, diam tanpa makna. Apakah mungkin dia kesepian ? tapi,
bukankah ada majikannya yang selalu menyayangi dan menemaninya setiap saat,
tidak mungkin dia merasa kesepian.
Hingga
akhirnya, saat ingin ku melihat keadaan burung cantik itu. Aku terkejut saat
kudapati dirinya sudah tak ada di dalam sangkar. Rasa bingung bercampur cemas
merasuki pikiranku. Sempat pikiran negative melintas di dalam benakku, namun ku
singkirkan semua pikiran itu dan tetap tenang. Sejak itu, pertama kalinya aku
memberanikan diri menemui majikan pemilik burung cantik itu.
Aku
ceritakan kepadanya maksud kedatanganku, dan kumulai bercerita akan diriku yang
mengagumi burung peliharaannya yang kini tak pernah aku temui lagi di
sangkarnya. Diapun mendengarkanku dengan seksama. Akhir ceritaku padanya telah
tiba, diapun mulai membuka mulutnya menanggapi pembicaraanku yang sudah
terlampaui lama.
Kusaksikan
ia menceritakan semua kejadian yag menimpa burung kesayangannya dengan mata
berkaca-kaca. Hingga tak terasa air matanya jatuh membasahi pipinnya, hal ini
sekaligus menandakan akhir dari pembicaraan aku dengannya. akupun menyatakan
keprihatinan kepadanya dan mencoba menghiburnya dan diapun sempat melukis
senyum di bibirnya kepadaku. Aku yakin, dia pasti sudah mengikhlaskan kepergian
burung kesayangannya.
kini, aku sudah mendapatkan jawaban atas
pertanyaanku, burung cantik itu sengaja dibiarkan pergi oleh majikannya. Kala
itu, Seorang teman majikannya merasa iba melihat burung itu termenung setiap
saat. Lalu, Temannya menasihati dirinya untuk melepaskan burung itu dari
sangkar dengan memberikan alasan kepadanya bahwa burungnya pasti ingin bebas, pasti
dia ingin seperti temannya yang lain, terbang bebas menjelajahi alam ini tanpa
batas. pada mulanya majikan itu menolak nasihat temannya, dia sangat menyayangi
burung cantiknya, dia takut burungnya akan dimangsa binatang buas jika ia
melepaskannya. Namun, lambat laun ia pun
sadar dan merasa kasihan dengan burungnya yang hanya diam di dalam sangkar. Dia
tak ingin burung kesayangannya itu mati.
Akhirnya,
ia pun merelakan untuk melepaskan burung itu dari sangkarnya. Burung itupun
seketika menjadi sehat dan langsung segera terbang ke angkasa, menikmati
keindahan alam ciptaan-Nya. Walau sedih, majikannya senang karena burungnya
telah sehat dan menemukan kehidupan yang sesungguhnya. Ada perasaan bersalah
pada dirinya karena telah membiarkan burung itu hidup dalam sangkar selama
bertahun-tahun. Senyuman dan air mata majikannya menyatu saat melepas kepergian
burung cantiknya yang telah ia rawat sejak kecil.
Akupun
merasa kehilangannya, nammun aku yakin, dia pasti bahagia disana, ditempat yang
akan membawanya mengenal dunia lebih luas. Entah mengapa, tiba-tiba saja aku
merasa aneh, Kisah burung itu seperti mengingatkan kisah perjalanan hidupku. Aku
merasa, kisah yang menimpa burung itu sama dengan kisah hidupku. Aku merasa
bahwa aku adalah burung itu. Burung yang ada di dalam sangkar. Burung yang
menghabiskan sebagian hidupnya di dalam sebuah belenggu yang menjerat dirinya
dan dengan lambatnya aku menyadari bahwa ada hal yang membelengguku. Yah,
burung itu adalah perumpamaan dari diriku…